Profil Desa Buara

Ketahui informasi secara rinci Desa Buara mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Buara

Tentang Kami

Desa Buara, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, merupakan wilayah dinamis yang mengoptimalkan potensi agraris seperti gula kristal organik dan peternakan kambing. Didukung BUMDes dan semangat pemuda, desa ini merintis wisata alam berbasis jembatan gantung

  • Ekonomi Berbasis Komunitas

    Perekonomian desa digerakkan oleh usaha kolektif melalui BUMDes "Mekar Buana" dan Karang Taruna, yang sukses mengembangkan produk unggulan seperti gula kristal organik dan mendirikan kedai kopi sebagai ruang kreatif pemuda.

  • Infrastruktur sebagai Ikon Wisata

    Jembatan Gantung Buara di atas Sungai Tuntunggunung tidak hanya berfungsi sebagai akses vital penghubung antarwilayah, tetapi juga telah menjadi daya tarik wisata dan ikon fotografi yang populer.

  • Sentra Peternakan Kambing

    Desa Buara dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan peternakan kambing di Purbalingga, yang didukung oleh program pemerintah dan menjadi sumber pendapatan penting bagi masyarakat.

Pasang Disini

Diapit oleh aliran Sungai Tuntunggunung dan panorama perbukitan hijau Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Desa Buara hadir sebagai contoh nyata sebuah desa yang bergerak maju melalui kekuatan komunitas dan inovasi. Lebih dari sekadar wilayah agraris, Buara merupakan kanvas bagi semangat kewirausahaan pemuda, ketangguhan para peternak dan cikal bakal destinasi wisata yang unik. Dengan ikon Jembatan Gantung yang membentang gagah, desa ini tidak hanya menghubungkan dua daratan, tetapi juga menyambungkan harapan warganya akan kemandirian ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Geografi dan Demografi

Desa Buara merupakan salah satu dari 13 desa yang berada di wilayah administratif Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi "Kecamatan Karanganyar dalam Angka 2021", luas wilayah Desa Buara tercatat sebesar 1,94 km². Wilayah ini didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan yang subur, serta area pemukiman penduduk yang tersebar di beberapa dusun.

Secara geografis, Desa Buara memiliki batas-batas wilayah yang strategis, yakni:

  • Sebelah Utara
    Berbatasan dengan Desa Karanganyar.
  • Sebelah Timur
    Berbatasan dengan Desa Jambudesa.
  • Sebelah Selatan
    Berbatasan dengan Desa Kalijaran, dipisahkan oleh aliran Sungai Tuntunggunung.
  • Sebelah Barat
    Berbatasan dengan Desa Banjarkerta.

Berdasarkan data BPS tahun 2021, jumlah penduduk Desa Buara ialah sebanyak 3.382 jiwa. Dengan luas wilayah 1,94 km², kepadatan penduduk di desa ini diperkirakan mencapai 1.743 jiwa per km². Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan pemukiman yang cukup signifikan untuk sebuah desa, menandakan pentingnya tata kelola ruang dan sumber daya yang efisien. Wilayah Desa Buara dilayani dengan Kode Pos 53354, yang sama dengan desa-desa lain di Kecamatan Karanganyar.

Tata Kelola Pemerintahan yang Kolaboratif

Roda pemerintahan di Desa Buara berjalan secara dinamis di bawah kepemimpinan Pemerintah Desa (Pemdes) yang bekerja sama erat dengan lembaga desa lainnya. Kolaborasi antara Pemdes, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan lembaga kemasyarakatan menjadi kunci dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan. Di bawah kepemimpinan Kepala Desa, Surateno, pemerintah desa aktif dalam menyalurkan program-program dari pemerintah pusat dan daerah, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa, yang prosesnya dilaksanakan secara transparan untuk memastikan bantuan tepat sasaran.

Kekuatan utama tata kelola Desa Buara terletak pada sinergi dengan dua organisasi vital: Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Mekar Buana" dan Karang Taruna "Taruna Mekar". BUMDes Mekar Buana tidak hanya berfungsi sebagai unit usaha, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi desa yang memfasilitasi dan mendukung inisiatif warga. Sementara itu, Karang Taruna menjadi wadah bagi para pemuda untuk berkreasi dan berkontribusi secara nyata bagi kemajuan desa.

Surateno, selaku Kepala Desa Buara, dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya peran serta pemuda dan BUMDes. "Kami sangat mendukung kreativitas pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna. Melalui dukungan dari BUMDes, kami berharap akan muncul unit-unit usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan asli desa dan membuka lapangan kerja bagi warga," ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan media lokal. Sinergi ini terbukti efektif dalam melahirkan berbagai inovasi ekonomi yang kini menjadi ciri khas Desa Buara.

Ekonomi Lokal yang Kreatif dan Berdaya

Perekonomian Desa Buara bertumpu pada tiga pilar utama: pertanian (khususnya gula kelapa), peternakan, dan usaha kreatif yang dimotori oleh pemuda. Ketiganya saling mendukung dan menciptakan ekosistem ekonomi yang tangguh.

1. Sentra Gula Kristal Organik Desa Buara dikenal sebagai salah satu penghasil gula kelapa kristal organik berkualitas di Purbalingga. Para petani penderes nira kelapa di desa ini telah lama memproduksi gula yang tidak hanya dipasarkan secara lokal, tetapi juga menjadi komoditas yang diminati oleh industri besar. Kualitas gula yang terjaga dan proses yang masih mempertahankan kearifan lokal menjadi nilai jual utama produk ini.

2. Pusat Peternakan Kambing Sektor peternakan, khususnya ternak kambing, menjadi sumber pendapatan signifikan bagi banyak keluarga di Desa Buara. Desa ini bahkan menjadi salah satu lokasi program "Kampung Ternak" yang digagas oleh pemerintah kabupaten. Melalui program ini, peternak mendapatkan bantuan, pendampingan, dan pelatihan untuk meningkatkan skala dan kualitas usaha ternak mereka. Keberhasilan program ini menjadikan Buara sebagai salah satu lumbung ternak kambing di wilayahnya.

3. Inovasi Pemuda: Warung Kopi Tepi Tebing Salah satu inovasi paling menonjol dari Desa Buara ialah kehadiran "Warung Kopi (Warkop) Tepi Tebing". Didirikan dan dikelola oleh Karang Taruna Taruna Mekar dengan dukungan penuh dari BUMDes Mekar Buana, kedai kopi ini bukan sekadar tempat berniaga. Berlokasi di dekat Jembatan Gantung, warkop ini menjadi ruang publik, pusat kreativitas pemuda, dan titik singgah bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam desa.

Mulyono, selaku Ketua BUMDes Mekar Buana, menjelaskan bahwa pendirian warkop ini merupakan investasi sosial. "Kami melihat potensi para pemuda dan potensi alam yang ada. Dengan modal awal dari BUMDes, Karang Taruna berhasil menciptakan sebuah ikon baru. Ini adalah bukti bahwa jika diberi kepercayaan, pemuda bisa menjadi motor penggerak ekonomi," ujarnya.

Layanan Pendidikan dan Kesehatan

Pemerintah Desa Buara menaruh perhatian pada penyediaan layanan dasar bagi warganya, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan, desa ini memiliki satu unit Sekolah Dasar (SD) Negeri, yang menjadi pusat pendidikan formal dasar bagi anak-anak di Desa Buara. Keberadaan sekolah ini memastikan bahwa akses terhadap pendidikan wajib dapat dijangkau dengan mudah oleh seluruh anak usia sekolah di wilayah tersebut.

Di sektor kesehatan, Desa Buara mengandalkan layanan kesehatan primer yang berbasis pada partisipasi masyarakat. Desa ini memiliki beberapa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif dan tersebar di beberapa dusun. Kader-kader Posyandu secara rutin menyelenggarakan kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, imunisasi, serta penyuluhan gizi untuk mencegah stunting. Selain itu, terdapat juga program Posyandu Lansia yang secara khusus memberikan layanan pemeriksaan kesehatan dasar bagi warga lanjut usia. Aktivitas Posyandu yang berjalan aktif ini menjadi garda terdepan dalam menjaga kualitas kesehatan ibu, anak, dan lansia di Desa Buara. Untuk layanan medis yang lebih komprehensif, warga dapat mengakses Puskesmas Kecamatan Karanganyar yang lokasinya tidak terlalu jauh.

Ikon Desa: Jembatan Gantung dan Potensi Wisata Alam

Daya tarik utama yang kini menjadi identitas visual Desa Buara yaitu Jembatan Gantung Buara. Membentang sepanjang puluhan meter di atas aliran Sungai Tuntunggunung yang berbatu, jembatan ini memiliki fungsi ganda yang krusial. Secara fungsional, jembatan ini merupakan urat nadi transportasi vital yang menghubungkan pusat Desa Buara dengan dusun-dusun di seberang sungai, memangkas waktu tempuh dan mempermudah mobilitas warga serta pengangkutan hasil bumi.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, jembatan ini bertransformasi menjadi sebuah objek wisata yang populer. Konstruksinya yang kokoh dengan latar belakang pemandangan perbukitan hijau dan aliran sungai yang jernih menjadikannya lokasi favorit untuk berfoto. Banyak pengunjung dari luar daerah sengaja datang untuk mengabadikan momen di atas jembatan ikonik ini.

Melihat potensi tersebut, Pemerintah Desa bersama BUMDes dan Karang Taruna mulai merancang pengembangan wisata di sekitar area jembatan. Kehadiran Warkop Tepi Tebing merupakan langkah awal untuk menciptakan ekosistem wisata yang terintegrasi. Rencana ke depan mencakup penataan area sekitar jembatan, penyediaan spot foto yang lebih aman, serta pengembangan aktivitas wisata sungai seperti river tubing atau sekadar area bermain air yang aman bagi keluarga. Potensi ini, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PADes) yang baru dan berkelanjutan.